Minggu, 01 Desember 2013

Alam Toraja Simpan Bahan Dasar Warna Batik



Aktifitas membatik yang digelar di Batutumonga, Toraja Utara. Foto: Imelda 

Toraja memiliki seni ukiran khas. Berbagai motif adat yang menghias dipermukaan tongkonan (rumah adat Toraja) maupun alang (lumbung), berpotensi besardijadikan motif batik khas Toraja. Bila produksi batik Toraja digenjot dari, oleh dan untuk  masyarakat Toraja pasti berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.  

Terkait hal itu bentuk kewajiban pemerintah memberdayakan masyarakat melalui kementerian pariwisata ekonomi dan kreatif,  yang pada pertengahan bulan September 2013 lalu digelar sebuah pelatihan membatik, di Batutumonga dan Singki’, berikut laporan (karya) anggota penulisan Lingkar Pena Pariwisata Toraja (LPP-Toraja), Richard, di lokasi pelatihan. 

Ditemui dikegiatan pelatihan Koordinator pelatihan batik, Komar, menuturkan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan tumbuhan alami yang digunakan sebagai bahan dasar warna batik, menurutnya Toraja banyak menyimpan kekayaan alam salah satunya bahan dasar warna yang dibutuhkan bila membuat batik.

Bahan-bahan alami yang dimaksud adalah tanaman indigo yang banyak tumbuh liar di daerah Toraja. Tanaman ini digunakan untuk mendapatkan warna biru pada kain.
Dijelaskan Kordinator ini proses mendapatkan warna biru dengan cara seluruh bagian tanaman indigo dihancurkan, kemudian direndam hingga membusuk (mengeluarkan aroma khas)

Sekira dua hari lamanya bahan yang direndam sudah mengeluarkan aroma khas, bahan tadi dicampur dengan gula aren. Perbandingannya 1 : 1 hingga berbentuk pasta.  Hasil campuran tersebut disaring dan digunakan untuk mencelup kain yang sudah diberi malam untuk mendapatkan warna dasar kain yaitu warna biru. Komar melanjutkan Malam adalah bahan yang berasal dari sarang lebah yang telah diperas madunya yang dicampur dengan getah pinus. 

Jika selama ini sarang lebah yang telah diperas lalu dibuang begitu saja, lanjut Komar, kali ini dapat dimanfaatkan masyarakat Toraja untuk menghasilkan sebuah karya yang berujung pada peningkatan ekonomi.  

Selain tanaman indigo, tanaman Sepang (dalam bahasa Toraja dikenal dengan sebutan kayu Sa’pang) pun, digunakan untuk mendapatkan warna merah.

Bahan lain yang sudah dikenal luas masyarakat Toraja adalah batu pamaka’ yang menghasilkan warna merah. “Batu pamaka’ bagus digunakan, karena warnanya kuat melekat”, ujar salah seorang peserta pelatihan batik Toraja.  

Batik Toraja yang selama ini hanya dapat dinikmati dalam bentuk ukiran yang terdapat di rumah adat kini dapat dikembangkan dalam bentuk batik sebagai hasil dari pengembangan budaya yang kreatif.

Semoga motif Toraja sebagai salah satu kekayaan adat di nusantara ini, lebih terjamin melalui hak paten sebagai milik entitas suatu masyarakat yang berdampak pada peningkatan ekonomi (Richard).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar