![]() |
| Pango-Pango |
Tingginya 1.643 meter di atas permukaan laut. Tanahnya cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayur-sayuran. Udaranya sangat dingin dan pada jam-jam tertentu, berkabut. Dari tempat ini, hampir seluruh wilayah kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, bisa terlihat. Bahkan, jika cuaca sedang bagus, hamparan area persawahan di Sidrap dan Pinrang, juga bisa dilihat. Demikian pula dengan kota Pare-Pare. Jika areal sekitar bukit berselimut awan berdiri di tempat yang bernama Pango-Pango ini, serasa berada di awan, ibarat kita sedang mendiami di atas awan.
Kawasan Pango-Pango, baru dibuka, lebih tepatnya terbuka dan diketahui khayalak, sekitar dua tahun belakangan ini. Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, cukup visioner untuk melihat kawasan ini sebagai sesuatu yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata; yang memang belum ada di Tana Toraja maupun Toraja Utara.“Memang baru-baru sekali ini jalan dibuka ke sini. Sudah banyak juga orang yang datang ke sini, sejak kunjungan Pak Bupati tahun lalu,” ujar Papa Lian, seorang warga yang sudah lama berdiam di Pango-Pango.
Di kawasan perbukitan Pango-Pango memang sudah ada penduduk lokal yang mendiami daerah ini sejak lama. Dalam beberapa kesempatan, bupati Theofilus Allorerung, memang selalu melontarkan pernyataan bahwa pemerintah akan mengembangkan Pango-Pango sebagai kawasan agrowisata. Rencana ini bukan hanya sekedar mimpi semata. Saat ini, pemerintah sudah membuka akses jalan dan beberapa infrastruktur lainnya ke kawasan itu. Akses ke Pango-Pango pun mulai terbuka dan bisa dikunjungi oleh wisatawan.
Sebagai kawasan agrowisata, menurut Theofilus, pemerintah tidak akan mengambil alih pengelolaan kawasan. Masyarakat setempat, kata dia, akan diberdayakan untuk mengoptimalkan kawasan ini. “Pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator dan pendorong saja. Juga promosi. Tentu sarana dan prasarana pendukungnya akan dibangun pemerintah,” katanya.
Pemerintah, kata Theofilus, akan menyediakan bibit tanaman, baik buah-buahan dan sayur-sayuran, juga penyuluhan dan pendampingan. “Manfaat ekonominya harus dinikmati oleh masyarakat di sini. Itulah fungsi pemberdayaan pemerintah,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga akan mengambil peran di sisi pemeliharaan dan perlindungan alam dan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan ini. Bahkan, pemerintah sudah menjalin kerja sama dengan beberapa pakar, untuk mengembalikan atau mengadakan bermacam jenis burung-burung, yang bisa menambah daya tarik kawasan. Pemerintah juga akan membangun menara di puncak bukit, yang dilengkapi dengan teropong, agar para pengunjung bisa melihat dan menimati alam Sulawesi Selatan dari tempat ini.
“Mimpi saya, semua orang yang datang ke sini bisa menikmati kekayaan alam, pemandangan, dan produksi petani setempat. Saya kira tidak banyak tempat di Indonesia yang bagus seperti ini. Saya juga yakin, semua orang yang datang ke sini tidak akan kecewa,” ujar Theofilus, sedikit promosi....(htp)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar